Selasa, 29 November 2011

DIET TELEVISI


oleh: Ibu Dwi Utami (Guru Kelas TK B)

       Anak adalah asset yang sangat berharga bagi orang tua dan kehidupan yang akan dastang. Oleh sebab itu dalam mengawasi anak dalam menonton TV perlu pendampingan dan pengawasan dr. Ariani mengatakan bahwa akhir-akhir ini beliau perlu konsetrasi melakukan diet teve untuk ke dua buah hati. Masalah ini timbul ketika keluarga beliau terpaksa harus menumpang di orangtua dengan berbagai perimbangan Di rumah neneknya, televise terbiasa menyala 24 jam sehari, bahkan ketika tidak ada yang menonton.

     Sehinga menonton tv menjadi kebiasaan baru buah hatinya. Dan ternyata anyak keluarga banyak keluarga yang mengalami masalah seperti yang beliau alami. dr. Ariani memberikan data dari majalah Ummi; dari Penelitian UNDIP dalam menyiapkan baseline data untuk Pendidikan Media 2008 mendapati mayoritas anak-anak yang diteliti mengaku menghabiskan waktu 3-5 jam pada hari sekolah dan 4-6 jam pada hari libur untuk menonton televise. Bahkan beberapa dari mereka secara ekstrim menonton TV 16 jam pada hari libur. Sebesar 72,9% anak-anak yang menjadi responden Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) 2009 menonton TV selama 4,3 jam pe hari. Padahal menrut Kepala Divisi Informasi Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia Bobi Gutarto menyarankan agar bayi USIA 0-3 th tidak perlu diberi suguhan televisi. Untuk anak SD pun TV hanya boleh ditonton sebanyak 2 jam sehari.

       Jumlah jam menonton itu sendiri didukung jumlah tayangan anak yang kian beragam di banyak stasiun tv. Pada pekan ketiga Maret 2009 diperoleh data total durasi program anak di semua teve swasta adalah 125 jam. Namun ternyata, 6% anak-anak menonton komedi situasi dan 5,9% menonton sinetron remaja. Bahkan ABG Nielsen (2008) menemukan, bahwa top 10 program yang ditonton anak-anak 5 tahun ke atas adalah reality show “Termehek-mehek” dan “Me vs Mom”.

Kenapa ya, anak suka nonton TV?
Menurut Rubin, seorang peneliti media, sejumlah motivasi bagi anak dan remaja menonton teve:
1.      Relaksasi. Bagi banyak anak, menonton membuat mereka rileks dan santai.
2.      Menjadi teman. Menonton teve ibarat teman teman yang membuat anak tidak merasa kesepian
3.      Karena kebiasaan. Saking seringnya dilakukan, menonton teve bisa menjadi kebiasaan. Apalagi kalau tidak ada aturan menonton teve dirumah.
4.      Menghabiskan waktu. Banyak anak yang akhirnya lari ke teve karena tidak punya kegiatan lain yang harus dilakukan. Banyaknya waktu luang membuat mereka menonton teve.
5.      Untuk interaksi sosial. Menonton teve bisa menjadi kegiatan bersama dengan teman-teman-temannya. Selain itu menonton teve bisa menjadi kegiatan bersama dengan teman-temanya. Selain itu menonton teve bisa menjadi bahan obrolan yang mengasyikan dengan teman dan sahabat.
6.      Mendapatkan informasi. Teve dianggap dapat memberikan info mengenai hal-hal baru dan kejadian di sekeliling mereka.
7.      Seru, menarik dan semangat. Bagi banyak anak, menonton teve itu seru, menarik dan membangkitkan semangat. Pernah melihat anak-anak terpaku menyaksikan film animasi avatar atau naruto? Bagi mereka tononan seperti itu seru dan membuat semangat.
8.      Melarikan diri (escape). Melepaskan diri dari kewajiban, keluarga atau hal yang tidak ingin dikerjakannya.
9.      Hiburan. Televisi adalah hiburan yang murah meriah, mudah di dapat di mana saja.

Kenapa Harus Diet?
1.      Banyaknya tontonan kekerasan dan supranatural. Hendriyani dkk (2009) menemukan bahwa program anak-anak yang tersedia mulai pukul 04.30-20.00 WIB adalah program import yang bekategori animasi. Yang temanya sebagian besar kekerasan dan supranatural. Adegan kekerasan berpotensi membuat anak meniru kekerasan serupa. Mungkin masih segar dalam ingatan kita kasus meninggalnya Reza Ikhsan Fadilah (9) tewas setelah dipelintir ketiga temannya yang meniru adegan smackdown.
Ada yang lebih heboh lagi. Pada tahun 1999 Amerika digemparkan dengan peristiwa penyanderaan sebuah sekolah menegah di Kota Littleton selama 5 jam. Penyanderaan dilakukan oleh 2 orang siswa sekolah tersebut. Tidak main-main,penynderaan dilakukan dengan memakai senjata api. Tragedi berdara ini menelan korban tewas 12 orang dan seorang guru serta mencederai 23 orang. Penyanderaan berakhir dengan bunuh diri 2 orang penyandera tersebut dengan cara menambak diri mereka sendiri.
Setelah diselidiki, ternyata motif mereka malakukan hal tersebut semata demi membaangkan diri mereka tengah berada dalam cerita serupa dalam video yang mereka tonton. Tragis!
Hati-hati juga dengan tayangan berita kriminal di televisi, hal ini dapat mengganggu pola pikir anak. Misalnya berita pembunuhan atau bunuh diri dengan memperlihatkan kondisi mayat yang megenaskan. Anak-anak bisa menjadi teinspirasi dan beniru bentuk penyelesaian masalah yang dilihat dari televisi, tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Sedangkan tayangan supranatural berpotensi syirik yang akan megotori akidah anak-anak. Anak akan terpesona dengan kekuatan benda gaib, tokoh jagoan dan melupakan Allah SWT.
2.      Banyak yang tidak bermutu
3.      Mengganggu interaksi sosial
4.      “Coach Potato Problem”
Duduk berlama-lama menonton menyebabkan kegiatan fisik anak-anak berkurang. Dan jika nonton dilakukan sambil ngemil, dapat menimbulkan gangguan “Coach Potato Problem” atau kegemukan. Istilah ini menggambarkan postur tubuh anak yang seperti kentang duduk. Bentuk tubuh ini dapat mengganggu perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya.
5.      Dapat menyebabkan gangguan fisik

Diet TV, Yuk!
            Fakta-fakta diatas tentu membuat kita miris. Yuk kita galakkan diet tv:
  1.     Mulai dari diri sendiri
  2.     Jika memungkinkan, diskusikan bahaya TV untuk anak dengan orang-orang di rumah.
  3.     Membuat aturan menonton TV.
  4.     Pendampingan ketika menonton TV.
  5.     Beralih ke TV kabel atau nonton DVD.
  6.     Membuat sebanyak-banyaknya alternatif kegiatan.
  7.     Menciptakan nuansa spiritual di rumah.

(http: //parentingislami.wordpress.com)

*Telah dipublikasikan dalam Suara Salamn 3 Edisi November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar