Rabu, 10 Agustus 2011

Melatih Anak Cerdas Finansial


Ilmu manajemen keuangan tidak hanya penting bagi para orang tua, namun penting juga diajarkan bagi anak-anak. Kira-kira umur berapa/kapan waktu yang tepat untuk mulai melatih anak cerdas finansial? Latihan manajemen keuangan dapat dikenalkan sejak anak sudah mengenal apa itu uang dan apa kegunaan/fungsi uang.

Sebelum orang tua memperkenalkan dan akhirnya mempraktekkan ilmu manajemen keuangan kepada anak, maka tujuan harus dirumuskan secara jelas. Latihan manajemen keuangan pada anak tentunya tidak sama dengan penerapan ilmu manajemen keuangan yang sudah dilakukan oleh para orang tua. Tujuan pengenalan manajemen keuangan pada anak tidak lain adalah agar anak tersebut dapat bertanggung jawab dalam memanfaatkan atau menggunakan uang tersebut dengan baik sesuai dengan kebutuhan anak. Kadang jika kita  lupa mengajarkan ilmu tersebut pada anak, sering kali terjadi anak lebih mudah terjebak keadaan konsumtif atau lebih rentan terhadap resiko keuangan.

Melatih anak cerdas finansial selain mengajari langsung kasus yang nyata, bisa juga dengan permainan. Pernahkah ayah bunda bermain monopoli? Ya, sebuah game sederhana yang mengajarkan pelakunya untuk bermain-main dengan uang. Ketika memulai permainan, setiap peserta akan diberikan jumlah yang sama, dan hasil akhir ditentukan siapa yang memiliki aset produktif terbanyak, karena asetlah yang akan menghasilkan uang. Secara tidak langsung, permainan tersebut sedang mengajarkan konsep perencanaan keuangan. Pendapatan boleh sama, tapi hasil menjadi berbeda manakala keputusan keuangan berbeda.
Permainan selain sebagai bahan belajar juga lebih banyak sebagai hiburan, jika dilakukan dalam praktek keseharian tentu dampaknya akan lebih nyata. Nah, jika ayah bunda ingin melatih anak cerdas finansial, berikut kiat-kiat yang dapat diterapkan:
1. Lakukan edukasi secara bertahap (soft learning) dan ajarkan perencanaan. Setiap anak tidak sama persis memiliki kemampuan dalam pembelajaran, hal itu tidaklah penting. Hal utama yang harus dicapai adalah kemandirian keuangan dikemudian hari. Bukan hanya bisa mendapatkan uang sendiri, namun cakap dalam mengelola atau menggunakannya. Perkenalkan anak-anak pada recehan (kertas maupun koin) dan dorong mereka untuk menyimpan di “bank kecil” mereka (gunakan celengan dengan bentuk yang mereka sukai).
2.  Jika anak sudah memasuki usia 5 tahun, ada baiknya anak dibuatkan tabungan dan diajarkan pencatatan keuangan. Buku tabungan akan membantu anak untuk mengendalikan keuangan dan memudahkan evaluasi serta pencatatan. Tabungan juga akan membantu mengendalikan penggunaan uang, terutama setelah anak mendapat hadiah/sedekah atau THR (Tunjangan Hari Raya) dari sanak famili. Nilainya bisa puluhan bahkan ratusan ribu rupiah, jika tidak dimasukan dalam rekening, hanya dalam waktu kurang dari 1 bulan uang tersebut bisa menguap untuk jajan.
3. Pembiasaan untuk memulai dengan budgeting/ penganggaran. Tahap ini memerlukan latihan yang ekstra, yaitu membuat rencana dan melakukannya.
Pada tahap ini orangtua berperan penting dalam mensukseskan pelatihan, misalnya ketika memberi uang saku anak masih SD diberikan harian atau 2-3 harian, setelah SMP diberikan pekanan, dan SMU 2 pekanan atau bulanan. Semakin panjang periode pemberian, dan anak semakin bisa menggunakan sesuai jatah waktu yang diberikan, berarti anak sudah mulai mampu mengendalikan keinginan (keuangan).
Tahap ini awal keberhasilan kecerdasan keuangan anak. Ajak anak untuk berbelanja. Siapkan daftar belanja. Mengapa? Cara ini selain membantu mengingat kebutuhan dan menetapkan skala prioritas kebutuhan sesuai anggaran yang ada, juga menghindari “lapar mata”, yaitu belanja barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya, karena tentu belum ayah bunda anggarkan bukan.
Tahap ini juga mengajarkan anak untuk menabung dan berinvestasi atau mencicil kebutuhan jangka panjang (masa depan) mulai saat ini. Misalnya membeli mainan yang harganya 5-10 kali lipat dari jatah uang sakunya, maka jika ingin mendapatkan barang yang dimaksud, anak harus mencicilnya/menganggarkan. Saat itu anak akan belajar skala prioritas dan mengendalikan uang saku dan secara tidak sadar sudah memasukan proses perencanaan keuangan, yaitu menetapkan tujuan (goal), melihat kondisi keuangan saat itu, menghitung dan mengimplementasikan rencana, hingga mengevaluasi.
4. Jangan lupa untuk mengajarkan sedekah/infak dari harta yang dimiliki. Ini akan membuat mereka untuk lebih menghargai banyak hal dan akan lebih bersemangat untuk mencari dan menghargai apa yang dihasilkan. Selamat Mencoba ayah bunda…

Referensi (dari berbagai sumber diinternet dengan perubahan seperlunya)
Yulaikah Kusnadi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar